MEMBUAT PTK DI MASA PANDEMI UNTUK NAIK PANGKAT
@Repotase
Pada malam ini,
Aku mendapatkan pelatihan dengan Materi “Penelitian di Masa Pandemi (Dalam
Konteks Kenaikan Pangkat)”, yang Akan disampaikan oleh Bapak Baharudin yang
merupakan mentor sekaligus sebagau guru pengajar yang bertugas mengajar IPS di
SMP Negeri 11 Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Mengapa
mengangkat materi ini? Hal ini disebabkan banyak guru yang galau terkait
membuat PTK disaat masa pandemi yang mana salah satu problemnya adalah tidak
ada kegiatan tatap muka di kelas. Selain itu, hal ini disampaikan berdasarkan
hasil diskusi dan telaah beberapa webinar yang diikuti. Di bawah ini adalah
daftar Ragam Publikasi Ilmiah yang bisa dibuat untuk Penelitian.
Seperti kita
ketahui bahwa Guru wajib melaksanakan Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif untuk
syarat kenaikan pangkat. Jumlah Angka Kredit yang berasal dari Publikasi
Ilmiah/Karya Inovatif berbeda di setiap jenjang kenaikan pangkat. Selain itu,
Pemerintah juga telah menetapkan jenis dan ragam Publikasi Ilmiah/Karya
Inovatif yang dapat dinilai angka kreditnya. Pada pemaparan malam ini Pemateri
akan lebih fokus ke Publikasi Ilmiah, dan mengabaikan sementara untuk Karya
Inovatif. Dalam Publikasi Ilmiah terdapat 10 jenis Publikasi Ilmiah yaitu :
1. Presentasi
pada Forum Ilmiah
2. Laporan
Hasil Penelitian
3. Makalah
berupa Tinjauan Ilmiah / Best Practice di Bidang Pendidikan Formal dan
Pembelajaran
4. Tulisan
Ilmiah Populer
5. Artikel
Gagasan Ilmiah/ Best Practice dalam Bidang Pendidikan
6. Buku Teks
Pelajaran
7. Modul /
Diktat Pembelajaran
8. Buku
dalam Bidang Pendidikan
9. Karya
Terjemahan
10. Buku
Pedoman Guru
Meskipun jenis
Publikasi Ilmiah sangat beragam, namun Publikasi Ilmiah yang paling dominan
diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat guru adalah “Laporan Hasil Penelitian”
dalam bentuk “Penelitian Tindakan Kelas”. Salah satu sebabnya adalah karena
angka kredit dari “Laporan Hasil Penelitian” cukup besar yaitu bernilai 4. Dan
kenapa Penelitian Tindakan Kelas? Bisa juga disebabkan jenis penelitian ini
yang sangat populer di kalangan guru.
Namun, di masa
pandemi ini, ada beberapa guru yang galau dengan situasi tersebut. Mereka tidak
dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas disebabkan tidak adanya tatap muka
dengan siswa di kelas. Padahal untuk melakukan tindakan kelas serta
observasinya dibutuhkan pertemuan tatap muka secara langsung di kelas seperti
selama ini yang menjadi kebiasaan di masa normal. Selain itu, para guru juga
tidak tahu harus memakai metode pembelajaran seperti apa untuk di PTK-kan. Lalu
jika demikian adanya, apakah berarti Penelitian tidak bisa dilakukan di masa
Pandemi? Untuk mengetahui jawabannya akan di bahas pada tulisan berikutnya ya,
semoga bermanfaat dan salam Literasi.
Dalam laporan
reportase yang kedua ini Aku ingin menjelaskan tentang apa hal ingin ditegaskan
Pemateri SATU hal sebelum kita mulai.
Kita perlu menyadari bahwa ragam Publikasi Ilmiah yang sajikan di SLIDE 1 di
atas pada poin 2 adalah “Laporan Hasil Penelitian”. Sedangkan “Laporan Hasil
Penelitian” yang dimaksud dalam hal ini, bukan hanya “Penelitian Tindakan
Kelas” tetapi juga ada jenis penelitian lain yang dapat dinilai angka
kreditnya. Lalu apa saja jenis penelitian yang dimaksud? Berikut akan disampaikan materi berikutnya :
Di dalam slide 2 di atas,
terlihat bahwa yang dimaksud “Laporan Hasil Penelitian” bukan saja PTK, tetapi
terdiri dari:
1. PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
2. PENELITIAN
EKSPERIMEN
3. PENELITIAN
DESKRIPTIF
4. PENELITIAN
PERBANDINGAN
5. PENELITIAN
KORELASI
6. PENELITIAN
PENGEMBANGAN
7. PENELITIAN
KUALITATIF
8. Dll
(termasuk EX POST FACTO, PENELITIAN SURVEI)
Apa artinya
disini? Artinya adalah sebenarnya Anda tidak perlu memaksakan diri untuk
melakukan jenis “Penelitian Tindakan Kelas” jika kondisinya tidak memungkinkan,
tetapi Anda dapat melakukan jenis penelitian lain sebagai pengganti PTK namun
tetap dapat diperhitungkan angka kreditnya. Ijinkan Pemateri menyampaikan
beberapa contoh Penelitian yang dapat Anda lakukan. Apa yang Pemateri sampaikan
ini hanya sebagai tawaran, bukan persis seperti yang dicontohkan.
Anda dapat mengkreasikan judul dan tema penelitian yang ingin diangkat. Berikut
slidenya yang ingin ditampilkan:
Dari gambaran
slide yang saya tampilkan di atas, terdapat banyak pilihan bagi Anda untuk
melakukan Penelitian dalam konteks memenuhi unsur Publikasi Ilmiah seperti yang
dipersyaratkan dalam DUPAK. Jika dilihat
dari definis penelitian tersebut, maka penelitian-penelitian di atas relatif
lebih rasional dilakukan meskipun di masa pandemi. Karena sebagian dari contoh
yang diajukan tersebut dapat dilakukan meskipun tidak bertatap muka langsung
dengan siswa di kelas. Hal ini tentu saja juga tidak terlepas dengan variabel
penelitian yang akan Anda gunakan nantinya.
Misalkan pada
penelitian Ex post facto, yang mana guru tidak melakukan treatment khusus. Anda
dapat melakukan penelitian ex-post facto hanya dengan melihat hubungannya
kepada variabel dependen tanpa perlu melakuan treatment khusus pada variabel
independennya. Sebab variabel tersebut sudah terjadi. Contoh lain, Anda dapat
melakukan Penelitian Pengembangan dengan menggunakan model-model penelitian
pengembangan, misalnya : Anda ingin melakukan penelitian pengembangan “media
pembelajaran” menggunakan model penelitian Borg and Gall, atau 4D. Yang mana
sebelum penggunaan “media pembelajaran” tersebut secara luas, “media” tersebut
dapat dilakukan percobaan penggunaannya pada kelompok kecil.
Jadi dalam
konteks penelitian di masa pandemi, Anda masih dapat melakukan jenis penelitian
lain tanpa harus “galau” dengan kondisi kelas yang tidak tatap muka. Jika Anda merasa lebih mudah melakukan
penelitian eksperimen, maka lakukanlah dengan benar sesuai metodologi dan
kaidah ilmiahnya. Atau jika Anda ternyata sudah pernah melakukan penelitian
pengembangan, maka lakukanlah penelitian tersebut sesuai dengan model-model
penelitian pengembangan yang sudah ada. Yang pasti semuanya kembali kepada
penguasaan Anda terhadap salah satu jenis penelitian.
Setelah Pemateri mengemukakan jenis penelitian lain selain PTK
yang dapat dilakukan di masa Pandemi. Maka pertanyaan yang pasti muncul adalah,
apakah dengan demikian PTK benar-benar tidak dapat dilakukan di masa Pandemi? Pertanyaan
ini akan tetap dimunculkan oleh Anda, karena merasa bahwa penelitian PTK adalah
yang paling familiar dengan Anda. Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini, kita
akan sama-sama melihat definisi dan
siklus PTK terlebih dahulu. Simak dalam slide berikut :
Berdasarkan
slide tersebut, kita bisa lihat bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Dalam konteks penelitian
tindakan, ada 3 tujuan dalam PTK yang bisa dilakukan salah satunya yaitu :
1.
Memperbaiki Masalah
2.
Meningkatkan derajat “kesehatan”, misalnya ingin
lebih meningkatkan lagi hasil belajar, motivasi dan sebagainya.
3.
Mengembangkan ilmu tindakan.
PTK yang
sering kita lakukan adalah “memperbaiki masalah” dan sesekali melakukan PTK
yang tujuannya “meningkatkan derajat (kesehatan)”. Sedangkan PTK yang tujuannya
“mengembangkan ilmu tindakan” hampir tidak pernah guru lakukan. PTK selalu
dilaksanakan dalam siklus-siklus yang tahapan di tiap siklus terdiri dari
Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Berdasarkan tingkat
kesulitannya di masa Pandemi, maka tahapan yang sulit dilakukan adalah tahapan
“Pelaksanaan Tindakan” dan “Observasi”. Sedangkan tahapan “Perencanaan” dan
“Refleksi” relatif lebih mudah dilakukan.
Nah, disinilah
problemnya. Dari 4 tahapan di tiap siklus, kita dihadapkan pertanyaan,
bagaimana melakukan “PELAKSANAAN TINDAKAN” disaat tidak ada tatap muka, dan
bagaimana melakukan “OBSERVASI/PENGAMATAN” di saat subyek yang akan diamati
tidak tampak secara langsung?. Nah untuk menjawab masalah ini, saya akan
mengutip penjelasan dari paparan Prof. Sugiyono pada kegiatan Webinar beliau
tentang PTK di Masa Pandemi. Beliau mengajukan tawaran yang beliau istilahkan
dengan “PTK dengan Pendekatan
Kualitatif”.
Menurut
paparan beliau, untuk melakukan tahapan “PELAKSANAAN TINDAKAN”, peneliti dapat
melakukannya melalui tatap maya. Tentu
saja dalam hal ini, metode pembelajaran yang digunakan juga harus dimodifikasi
dengan kegiatan “tatap maya”. Artinya disini adalah, beliau menyarankan merubah
moda pertemuan, dari tatap muka menjadi tatap maya/tatap layar. Saya ambil
contoh misalnya penggunaan metode pembelajaran “SOLE (SELF ORGANIZED LEARNING
ENVIRONMENT)” yang “PELAKSANAAN TINDAKAN”nya dapat dilakukan melalui tatap
maya.
Sedangkan
untuk mengganti tahapan “OBSERVASI”, dapat diganti menjadi tahapan “WAWANCARA”
dan/atau “DOKUMENTASI”. Namun setelah melakukan wawancara atau dokumentasi,
maka Anda dapat menggunakan teknik triangulasi untuk memvalidasi data yang
telah diperoleh. Teknik traiangulasi inilah yang mengadopsi penelitian
kualitatif, yang mana dengan triangulasi, peneliti dapat menggunakannya untuk
memvalidasi data. Misalkan dari hasil wawancara, subyek / siswa menyebutkan
bahwa dia termotivasi. Namun berdasarkan hasil triangulasi melalui wawancara
dengan orangtuanya, si subyek (siswa) ternyata tidak termotivasi. Hal inilah
yang menjadi kegunaan dari teknik triangulasi, yaitu untuk memvalidasi data.
Demikianlah
paparan tentang PTK, si Masa Pandemi. Tetapi sekali lagi Anda, tidak perlu
memaksakan diri untuk melaksanakan PTK jika situasinya tidak memungkinkan.
Namun Anda dapat melaksanakan jenis penelitian lain yang lebih mudah untuk
dilakukan. Lebih kurangnya mohon maaf
bila ada kekeliruan dalam penyampaian ini. Sebab ini adalah bentuk tawaran
dalam memenuhi tagihan Publikasi Ilmiah bagi Anda yang sedang merencanakan
kenaikan pangkatnya.
Terima kasih saya ucapkan, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salam Literasi
Lenteng Agung 2020
Mantaff...
BalasHapus